Sonneratia alba

Sonneratia alba


Di Indonesia sonneratia memiliki nama lokal bogem sedangkan di malaysia sonneratia lebih dikenal dengan mangrove apple karena buah dari sonneratia ini memang berbentuk seperti buah apel.

Klasifikasi
Kingdom                     : Plantae
Subkingdom                : Tracheobionta
Super Divisi                : Spermatophyta
Divisi                           : Magnoliophyta
Kelas                           : Magnoliopsida
Sub Kelas                    : Rosidae
Ordo                            : Myrtales
Famili                          : Sonneratiaceae
Genus                          Sonneratia
Spesies                        Sonneratia alba

Nama lokal : Prapat, padada, bogem, prepat.
Perawakan : Pohon/perdu, tinggi mencapai 16 m. Kulit kayu Halus, retak/celah searah longitudinal, warna kulit krem sampai coklat.

Akar : Akar nafas (Pneumatophora), berbentuk kerucut.
Daun : Susunan tunggal, bersilangan oblong sampai bulat telur sungsang; ujung membundar sampai berlekuk; panjang 5 – 10 cm; bagian atas dan bawah permukaan daun hampir sama.
Tipe biji : Biji normal

Ciri khusus : Tangkai daun pada bunga dewasa berwarna kuning, helai kelopak menyebar atau sedikit melengkung ke arah buah
Fenologi 
  1. Berbunga : sepanjang tahun ( antara 3 – 4 bulan)Rangkaian 1 sampai beberapa bunga bersusun, diujung atau cabang/dahan pohon; mahkota putih; kelopak 6 – 8 helai merah dan hijau; benang sari banyak berwarna putih, diameter 5 – 8 cm; bunga sehari (ephemeral), terbuka menjelang malam hari dan berlangsung sepanjang malam, mengandung banyak madu pada pembuluh kelopak.
  2. Berbuah : Mei – Juni dan Oktober – November. Pembuahan sampai masak : 2 – 3 bulan. Diameter 3,5 – 4,5 cm; warna hijau; permukaan halus; kelopak berbentuk cawan, menutupi dasar buah, helai kelopak menyebar atau melengkung, berisi 150 – 200 biji dalam buah.
Deskripsi
:
Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
Daun
:
Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
Bunga
:
Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.
Buah
:
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.
Ekologi
:
Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.
Penyebaran
:
Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan Oceania Barat Daya.
Kelimpahan
:
Manfaat
:
Buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.

Comments